Fasilitas Ship Building Plant (SBP) di PT PAL adalah yang tercanggih di Asia Tenggara. Bahkan sejumlah pakar perkapalan menilai disainnya nyaris sempurna. Jerman yang industri maritimnya lebih tua saja baru belakangan membangun SBP secanggih yang dimiliki PT PAL.
Performa SBP yang mulai dibangun pada tahun 1984 itu tak lepas dari peran Suleman. Ia tak sekadar menuangkan ide untuk membangunnya, tapi juga gigih memperjuangkan idenya sampai menjadi kenyataan. Bersama B.J. Habibie, ia meyakinkan para penentu keputusan (baik keputusan politik maupun keputusan soal pembiayaan) bahwa proyek SBP tersebut rasional.
Sesuai dengan kebutuhan PT PAL untuk memproduksi kapal secara efisien. Sejalan pula dengan upaya mengangkat PT PAL sebagai pusat keunggulan industri maritim di Asia Tenggara.
Lebih jauh, Suleman memainkan perannya dalam menentukan disain SBP tersebut. Ia, dengan kepekaannya terhadap teknologi maritim, menyeleksi produk-produk unggulan di dunia, untuk diintegrasikan dalam SBP tersebut. Ia evaluasi secara teknis produk mana yang lebih menguntungkan dan apakah harga atau biaya pembangunannya rasional. Hasilnya, bengkel-bengkel di SBP ini merupakan perpaduan dari produk-produk unggulan di dunia. Sebagai ilustrasi, peralatan untuk bengkel pipanya buatan Inggris, untuk bengkel fabrikasi dari Jepang, untuk bengkel assembly dari Jerman dan Norwegia.
Mitsui Engineering & Shipbuilding (MES), Jepang sebagai kontraktor utama pembangunan SBP itu sebenarnya telah menyiapkan lay-out SBP tersebut, mengacu pada galanan MES di Jepang. Namun Suleman tidak mengikuti semua lay-out yang disiapkan MES. Sebab ia menghendaki peralatan-peralatan di SBP tersebut sedapat mungkin merupakan yang tercanggih di dunia, sedangkan sejumlah peralatan yang ditawarkan MES sudah ketinggalan jaman. "Kami disuruh meniru galangan MES yang dibangun tahun 1970-an. Kami nggak mau, karena kami ingin peralatan-peralatan di SBP kami adalah the best", ungkap Suleman yang menugaskan stafnya untuk melakukan survei ke galangan galangan di Asia, Eropa dan Amerika, guna mengetahui produk-produk peralatan SBP tercanggih di dunia pada masa itu sebelum SBP di PT PAL mulai dibangun.
Suleman dengan gigih memperjuangkan kepentingan PAL untuk menginstalasikan peralatan tercanggih di SBP-nya. Meskipun proyek ini didanai dengan pinjaman lunak dari Jepang. Sehingga pihak Jepang (MES) memiliki posisi tawar yang lebih kuat untuk menentukan produk peralatan yang dipakai di sana. Berbulan-bulan Suleman dan stafnya berdebat dengan pihak Jepang untuk membela kepentingan PAL itu.
Umumnya galangan di dunia seperti rumah tumbuh. Di sana tiba-tiba dibangun satu fasilitas tertentu, tanpa lebih dulu dibuat konsepnya secara menyeluruh. Namun, di PT PAL, semua dibangun dengan konsep sebelum direalisasikan. Konsep itu termasuk bagaimana fasilitas-fasilitasnya dibangun secara terintegrasi untuk mendukung kelancaran proses produksi, seperti kelancaran aliran material, dan sebagainya.
Konsep juga mencakup produk peralatan seperti apa yang perlu diinstalasikan di sini, guna menopang kegiatan produksinya di masa depan. Sebagai contoh, sewaktu PT PAL membangun kapal tanker 3.500 Dwt untuk Pertamina, galangan ini menggunakan crane berkapasitas hanya 30 ton. Karena itu blok-bloknya dibuat kecil-kecil. Lalu, berdasarkan konsep Suleman, PT PAL mengoperasikan Goliath Crane berkapasitas 300 ton.
Ketika Goliath Crane di instalasikan disana, banyak orang mempertanyakan untuk apa PT PAL memiliki crane berkapasitas sebesar itu. Kenyataannya, Goliath Crane itu diperlukan PT PAL, guna mendukung perkembangan kemampuan perusahaan ini dalam memproduksi kapal yang lebih besar. Fasilitas itu memungkinkan PT PAL membuat blok-blok yang lebih besar guna membangun kapal-kapal yang lebih besar pula.
Bengkel dan peralatannya meliputi :
Steel Stock House, tempat penyimpanan material baja berkapasitas 4.000 ton dan profil-profil 1.300 ton. Dilengkapi peralatan plate straightening, roller, mesin shot blasting, chain covenyor 10 ton, transverter 10 ton, serta overhead crane berkekuatan 5 dan 10 ton.
Bengkel Fabrikasi, untuk mengerjakan marking, pemotongan dan pembentukan plat baja, dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun/shift. Peralatannya antara lain NC marking & cutting dengan kemampuan memotong baja yang tebalnya hingga 30 milimeter, frame bending 400 ton dan roll bending 1.500 ton, mesin press hidrolik 500 dan 1.000 ton, plus overhead crane 5 dan 10 ton.
Bengkel Sub-Assembly, tempat perakitan blok-blok berukuran kecil (hingga berat 10 ton) dengan menggunakan peralatan Total Transportation System. Peralatannya terdiri dari small panel line, component fabrication, profile built-up, dan lain-lain.
Bengkel Assembly, tempat merakit blok-bolk dan panel-panel untuk konstruksi lambung kapal, termasuk curved block hingga 180 ton, dengan Total
Transportation System. Peralatan utamanya mencakup main panel line, curved block line, overhead crane 20 dan 40 ton.
Bengkel Grand Assembly, untuk konstruksi dan pengecatan blok yang beratnya hingga 300 ton, dengan peralatan block transfer carrier berkapasitas 150 dan 300 ton, serta overhead crane 75 dan 150 ton.
Bengkel Block Blasting, untuk mengerjakan pengecatan blok dan perlengkapan kapal dengan kapasitas 2 x 30 ton per-hari. Peralatannya mesin blasting, dust collector, grit collecting & cleaning system, mesin pengecatan dan dehumidifier.
Fasilitas lain meliputi bengkel pipa, bengkel galvanizing, bengkel kayu, bengkel permesinan, bengkel thin plate, dan fasilitas penunjang lainnya.
Memiliki dok gali selebar 32 meter, kedalaman 10,3 meter dan panjang 300 meter, dilengkapi pintu pemisah (yang bisa dibuka-tutup) sehingga dok bisa dipisahkan menjadi dua bagian. 100 m dan 200 m. Ini mempercepat pembangunan kapal-kapal dalam satu proyek, karena memungkinkan satu kapal diluncurkan tanpa mengganggu pekerjaan pembangunan kapal di sebelahnya.
Kapal-kapal berukuran besar yang telah diproduksi di sini antara lain Tanker 6.500 Dwt dan 17.500 Dwt, serta Dry Cargo Vessel 18.500 Ton dan 42.000 Ton. Disini sedang dibangun pula Kapal Kontainer 1.600 Teu (setara 24.000 Dwt, disamping tiga unit Kapal Kontainer 400 Teu (setara 5.800 ton).
General Manager Divisi Kapal Niaga PT PAL Ir. I. Nyoman Sudiana menilai pembangunan SBP itu merupakan buah dari ketajaman visi Suleman untuk menangkap peluang membangun kapal-kapal niaga. Manakala sumberdaya manusianya sudah memiliki kemampuan membangun kapal-kapal yang lebih besar, dan ada order untuk memproduksinya, maka semua itu dapat direalisasikan dengan fasilitas-fasilitas SBP tersebut.
Suleman sendiri memang menyiapkannya untuk mengantisipasi membanjirnya order kapal niaga, terutama pada paruh kedua dekade 1990-an. Waktu itu ia melihat bahwa suatu saat ekonomi Indonesia akan mengalami booming, sehingga diperlukan banyak kapal niaga.
Pada masa itu ia pun membaca laporan-laporan mengenai pasar global, yang antara lain menyebutkan bahwa suatu saat order kapal pada galangan-galangan di Eropa (khususnya Eropa Barat) dan Jepang akan surut karena harganya terlalu mahal. Sehingga order akan mengalir keluar kawasan tersebut. Belakangan ini order kapal ke Jepang dan Eropa Barat memang menurun. Sekarang pesaing PAL di luar negeri tinggal galangan-galangan di Cina dan Eropa Timur.
Berdasarkan trend menurunnya order kapal ke Jepang dan Eropa Barat, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menggembirakan pada awal dekade 1990-an, Suleman memperhitungkan boom order kapal niaga akan dinikmati PAL mulai tahun 1999. Tapi meleset, gara-gara krisis moneter yang diluar jangkauan perhitungannya. "Saya tidak predict akan ada krismon, akan ada krisis politik. Kalau dari segi teknis, saya perhitungkan dan persiapkan betul."
Dalam situasi tersebut PAL dengan dukungan fasilitas-fasilitas yang sudah dimilikinya masih mengerjakan order-order pembangunan kapal yang cukup besar. Sehingga setiap hari perusahaan ini mempekerjakan karyawan dalam tiga shift.
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (3)
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (2)
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (1)
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (3)
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (2)
PT PAL, Kemandirian Negeri Bahari (1)
0 komentar:
Posting Komentar