Halaman

Wimax Xirka Produksi 10 Juta Chipset

PT Xirka Silicon Technology menargetkan produksi 10 juta chipset berbasis WiMax mobile tahun ini untuk perangkat dongle, TV digital, dan SIM card 3G.

Produsen asal Indonesia ini bakal memasarkan produknya di dalam negeri dan mengekspor ke Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

CEO PT Xirka Silicon Technology Sylvia W. Sumarlin menjelaskan lebih dari 50% dari total target produksi diarahkan untuk perangkat SIM Card 3G. Produksi chipset untuk dongle kurang dari 2 juta, sisanya untuk TV digital.

"Chipset TV digital kami arahkan ke tiga negara sasaran ekspor. Karena itu kami tidak terpengaruh dengan mundurnya tender TV digital," kata Sylvia hari ini, Senin, 26 Maret 2012.

Dia optimistis targetnya dapat terealisasi tahun ini karena hanya Xirka satu-satunya produsen chipset di Asia Tenggara.

Di dunia, menurut Sylvia, hanya ada delapan produsen chipset, salah satunya di Taiwan. Sekitar 90% produksi chipset Xirka dilakukan di Indonesia yang menyerap 60 tenaga kerja. Hanya 10% dari produksi, yakni percetakan silikon, dikerjakan di Singapura.

Produksi chipset dari Xirka baru dimulai Januari 2012 setelah pemerintah membebaskan para penyelenggara broadband wireless access di pita frekuensi 2.3 GHz memilih standar teknologi.

Read more...

Wimax Xirka: Chip Wimax Buatan Lokal

Chip bukanlah barang baru di dunia IT. Namun, bagaimana dengan pembuatannya? Ternyata masih didominasi produk luar. Kali ini, beberapa kreator IT muda Indonesia kembali menunjukkan kemampuan terbaiknya dalam pembuatan chip.

Chipset Wimax Xirka adalah sebuah chip yang dibuat oleh orang Indonesia asli, diluncurkan Agustus 2009. Bukan usaha mudah membuat chip dengan kompleksitas yang cukup tinggi. Xirka yang dikawal beberapa engineer Indonesia ini mulai dikembangkan pada 2006.

Chipset ini terdiri dari dua spesifikasi, yakni Chipset Xirka untuk Fixed Wimax dan Chipset Xirka untuk Mobile Wimax. Untuk fixed wimax telah diluncurkan pada Agustus 2009. Sedangkan mobile wimax diluncurkan pada quartal keempat 2009.

Tahun 2009, Xirka diproduksi massal untuk Chipset Fixed BWA (IEEE 802.16d-2004). Xirka memiliki roadmap yang sudah direncanakan sesuai dengan kebutuhan dunia IT di Indonesia maupun Internasional. Xirka chipset generasi pertama – berupa chipset untuk Broadband Wireless Access (BWA) yang sesuai dengan standard WiMAX Forum IEEE 802.16e-2005 akan diluncurkan pada kuartal keempat tahun 2010.

Setelah Xirka generasi pertama diluncurkan, maka akan diteruskan dengan Xirka generasi kedua dan seterusnya yang mengikuti kemajuan teknologi chipset dunia. Dengan roadmap yang jelas, maka Xirka dengan mantap dan terencana akan menjadi industri chipset kelas dunia yang terus melakukan inovasi dan kontribusi tidak hanya di Indonesia tetapi juga internasional.

Produk asli buatan Indonesia ini diluncurkan langsung oleh Menteri Riset dan Teknologi Republik Indonesia, Kusmayanto Kadiman. Beliau menjelaskan, seluruh komponen di dalam Xirka merupakan buatan Indonesia. Operator yang memberikan layanan Wimax wajib menggunakan Xirka.

Menurut Kusmayanto, peran Indonesia selama ini hanyalah sebagai pengguna. ”Oleh karena itu, kami ingin Indonesia juga bisa berperan sebagai produsen. Kami dorong pengembang untuk kembangkan chip Wimax dan hasilnya adalah Xirka ini,” paparnya.

Wimax, tambahnya, dipastikan akan serba Indonesia, mulai dari komponen hingga operator Wimaxnya. Dengan diciptakannya chip Wimax Xirka ini, Indonesia sudah sejajar dengan sembilan negara lain yang sudah mengembangkan chip Wimax, antara lain China, Jepang, Rusia, dan Taiwan.

Kusmayanto mengharapkan industri chipset Indonesia bisa mencapai kelas dunia. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi dan kontribusi tidak hanya dari masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat internasional.

Saat ini, Xirka memiliki engineer-engineer yang andal yang terbagi dalam 4 bidang yaitu, Architecture Designer, System Modeling, Prototyping, dan Medium Access Control (MAC). Dengan disiplin dan kerja keras, serta kerjasama yang baik maka Xirka siap menjadi pemain IT global.

Read more...

Prof Dr. Khoirul Anwar Pemilik Paten Teknologi 4G

Teknologi 4G sudah hadir di Indonesia dalam bentuk layanan Internet broadband nirkabel WiMax, sedangkan teknologi seluler Long Term Evoluiton (LTE) masih belum diatur regulasinya.

Gembar gembor bakal hadirnya teknologi 4G di dunia dan di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak 2005, yaitu sejak pertama kali 3G hadir di Indonesia. Indonesia patut berbangga, karena penemu teknologi 4G adalah orang Indonesia, dialah Prof. Khoirul Anwar, yang menemukan dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing).

Bermula dari bangkai burung, balsam gosok, dan kisah mumi Firaun. Siapa mengira tiga benda sepele itu ada gunanya. Tapi itulah trio yang “menghidupkan” pria kampung seperti Khoirul Anwar. Dia kini menjadi ilmuwan top di Jepang. Wong ndeso asal Dusun Jabon, Desa Juwet, Kecamatan Kunjang, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, itu memegang dua paten penting di bidang telekomunikasi.

Dunia mengaguminya. Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul, bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi seperti telepon seluler.

Graduated from Electrical Engineering Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in 2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA.

Prof Dr. Khoirul Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.

Dia mengurangi daya transmisi pada orthogonal frequency division multiplexing. Hasilnya, kecepatan data yang dikirim bukan menurun seperti lazimnya, melainkan malah meningkat. “Kami mampu menurunkan power sampai 5dB=100 ribu kali lebih kecil dari yang diperlukan sebelumnya,” kata dia. Dunia memujinya. Khoirul juga mendapat penghargaan bidang Kontribusi Keilmuan Luar Negeri oleh Konsulat Jenderal RI Osaka pada 2007.

Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas saat semua orang bicara kencang secara bersamaan.

Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa. Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan GI,” kata pria 31 tahun ini.

Dua penelitian istimewa itu mungkin tak lahir bila dulu Khoirul kecil tak terobsesi pada bangkai burung, balsam yang menusuk hidung, serta mumi Firaun. Bocah kecil itu begitu terinspirasi oleh kisah Firaun, yang badannya tetap utuh sampai sekarang. Dia pun ingin meniru melakukan teknologi “balsam” terhadap seekor burung kesayangannya yang telah mati. “Saya menggunakan balsam gosok yang ada di rumah,” kata anak kedua dari pasangan Sudjianto (almarhum) dengan Siti Patmi itu.

Khoirul berharap, dengan percobaannya itu, badan burung tersebut bisa awet dan mengeras. Dengan semangat, ia pun melumuri seluruh tubuh burung tersebut dengan balsam gosok. Sayangnya, hari demi hari berjalan, kata anak petani ini, “Teknologi balsam itu tidak pernah berhasil.” Penelitian yang gagal total itu rupanya meletikkan gairah meneliti yang luar biasa pada Khoirul. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering, melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa. Saat ini Khoirul sedang menekuni dua topik penelitian yang dilakukan sendiri dan enam topik penelitian yang digarap bersama enam mahasiswanya

Read more...

Bisnis Turbin Laut Anak ITB

Sebanyak 13 anak negeri yang merupakan mahasiswa dan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil memanfaatkan arus laut sebagai pembangkit listrik sebesar 10 kVA yang bisa menyuplai kebutuhan listrik satu desa.

"Tidak hanya itu saja, Februari nanti kita sudah akan memasang turbin di Jembatan Suramadu bekerjasama dengan Dinas Pekerjaan Umum-Binamarga, yang akan menyalakan 1.000 lampu jembatan Suramadu," kata Fitus deus prizfelix, salah satu anggota pengembang turbin arus laut yang juga alumni ITB dari PT TiFiles Indonesia, di JCC, Jakarta, Jumat (20/1/2012).

Deus mengungkapkan, awal ide pengembangan arus laut berawal dari proyek pembangkit menggunakan arus sungai.

"Di 2005 kita dibimbing mantan rektor ITB, almarhum Iskandar Alisabana, melakukan banyak penelitian, dulu awalnya hanya 10 orang mahasiswa. Sebelum pembimbing kami meninggal dunia, berpesan, jangan sampai penelitian ini hanya penghias perpustakaan," ujarnya.

"Dengan tekat bulat, 2006 kita berhasil mengembangkan turbin dengan menggunakan arus sungai. Waktu itu turbin kami baru menghasilkan 500 watt. Kecil masih, untuk satu rumah saja masih kurang," ungkap Deus.

Pengembangan terus dilakukan timnya yang sudah bertambah menjadi 13 orang. Akhirnya pada 2008 setelah melakukan beberapa percobaan, turbin dipasang di laut.

"Pada 2008 kita pertama kali pasang di Pantai Mutiara, Jakarta. Dan listrik yang dihasilkan bisa meningkat mencapai 2.500 watt," ujarnya.

Percobaan kedua pada awal 2009, dilakukannya dengan memasang turbin di Nusa Penida, Bali. "Daya listrik yang bisa dihasilkan meningkat lagi menjadi 5.000 watt, dan pada akhir 2009 turbin kami sudah mampu menghasilkan daya sampai mencapai 10 kVA atau kasarnya sudah mampu menghidupkan listrik satu desa," tegasnya.

Ditanya berapa dana yang dihabiskan untuk pembangunan turbin arus laut ini. "Wah, kalau untuk penelitiannya saja dana yang dihabiskan bisa mencapai miliaran rupiah, dana tersebut ada yang berasal dari sumbangan almarhum Prof. Iskandar, dan pribadi masing-masing, dan sumbangan fasilitas dari universitas kami, itu belum termasuk dana lain-lain sampai terciptanya turbin baku buatan kami," ungkapnya.

Dari semua komponen turbin, semuanya berasal dari buatan lokal, hanya satu bahan yang harus diimpor yakni magnet, karena tidak ada dijual di Indonesia.

"Bagi yang berminat, kami membandrol harga Rp 400 juta dan dari berbagai percobaan, lifetime turbin kami bisa lebih dari 5 tahun," katanya.

Ditambahkan CEO project ini, Nurana Indah Paramita, selain proyek Suramadu, Timnya juga sudah bekerjasama dengan LIPI-Sungai balai besar teknik teknologi tepat guna-Subang, dan Kementerian Riset dan Teknologi.

"Apalagi Pak Dahlan (Menteri BUMN) sangat tertarik sekali, kami akan lakukan pertemuan untuk bahas proyek ini untuk pengembangan energi terbarukan untuk PLN," kata Pemenang I Katagori Mandiri Young Technopreneur yang diselenggarakan Bank Mandiri 2011 tersebut.

Berminat? Anda bisa menghubungi alamat di bawah ini:
Alamat : Sampoerna Strategic Square Jl. Jendral Sudirman kav 45-46 South Tower, 30 floor Jakarta.
Info@tfiles-indonesia.com
www.tfiles-indonesia.com

Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...