Halaman

Teknologi Nuklir BATAN Hasilkan 20 Varietas Benih Padi Unggul

Jepara (ANTARA News) - Para peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menghasilkan 20 varietas benih padi unggul untuk mendukung produkvititas tanaman padi di tanah air.

"Puluhan varietas benih padi tersebut, dihasilkan dari penggunaan teknologi nuklir untuk mengubah sifat dari benih padi tertentu menjadi lebih berkualitas," kata Deputi Kepala Batan Bidang Pendayagunaan hasil Litbang dan Pemanfaatan Iptek Nuklir Ferhat Aziz di Jepara, Rabu.

Ia menjamin, benih padi yang dihasilkan dengan radiasi nuklir tidak membahayakan kesehatan karena saat proses sinar radiasi nuklirnya tidak tinggal pada benih.

Hingga kini, kata dia, sebanyak 20 varietas padi yang dihasilkan lewat rekayasa teknologi nuklir sudah mendapatkan sertifikat, sehingga sudah bisa ditanam secara massal.

Sebanyak dua puluh varietas padi tersebut, yakni varietas atomita 1, atomita 2, atomita 3, atomita 4, situ gintung, silo sari, kahayana, binongo, merauke, dian suci, mira 1, bestari 1, inpari, sultan insulat 1, sultan insulat 2, sultan unsurat 1, sultan unsurat 2, inpari mugibat, wella, dan yuwono.

Saat ini varietas padi tersebut, penanamannya telah mencapai 2,5 juta hingga 3 juta hektare di seluruh Indonesia.

Sebelum ditanam, katanya, varietas padi tersebut telah melalui pengujian berupa kegenjahan (umur), ketahanan terhadap hama, produksi, dan rasa.

Ia mengklaim, benih padi yang dihasilkan tersebut, memiliki keunggulan, seperti memiliki usia tanam yang lebih pendek, tahan terhadap penyakit, tahan serangan hama, berasnya lebih pulen, serta produktivitasnya tinggi.

Dengan dihasilkannya varietas benih padi unggul tersebut, diharapkan teknologi nuklir tidak mendapatkan asumsi yang negatif dari masyarakat.

"Dengan teknik nuklir pula, kami juga bisa menghasilkan benih tanaman kapas, kacang hijau, serta kacang tanah," ujarnya.

Untuk mendapatkan sertifikasi atas benih tersebut, katanya, harus melalui pengujian seperti halnya benih padi yang sudah lebih dahulu mendapatkan sertifikat pengakuan dari Kementerian Pertanian.

Anggota DPR RI Komisi VII Daryatmo Mardiyanto memberikan apresiasi terhadap para peneliti Batan yang menghasilkan 20 varietas benih padi serta benih tanaman lainnya di bidang pertanian.

"Mudah-mudahan, hal ini bisa mengubah pandangan masyarakat terhadap teknologi nuklir yang dianggap negatif dan membahayakan," ujarnya.

Ia mengakui, anggaran yang diterima oleh Ristek cukup kecil, karena diperkirakan hanya Rp1,3 triliun.

Bahkan, lanjut dia, persentase dari APBN cukup kecil dan belum mencapai angka 1 persen.

"Kami akan berupaya mendorong agar anggarannya bisa ditingkatkan, minimal 1 persen dari APBN, serta peningkatan kualitas SDM," ujarnya. (AN/I007, antaranews.com)


Read more...

BPPT Membiakan Kapang Penisilin

Impor obat antibiotik amoksisilin turunan beta-laktam berbahan baku kapang penisilin tahun 2008 tercatat 1.020.928 kilogram. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi melakukan riset pembiakan kapang penisilin untuk memutus rantai ketergantungan impor bahan baku antibiotik ini.

”Pembuatan fermentor penisilin skala percontohan di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong mencapai 2.500 liter satu kali siklus hingga maksimal 10 hari. Dukungan teknologi sudah siap untuk menuju produksi massal industri,” kata Direktur Pusat Teknologi Farmasi dan Medika pada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bambang Marwoto, Kamis (28/6), di Jakarta.

Kapang penisilin merupakan bahan baku amoksisilin. Antibiotik yang termasuk obat esensial ini banyak digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan atas (ISPA).

Kepala Program Balai Pengkajian Bioteknologi BPPT Hardaning Pranamuda menuturkan, di Amerika Serikat amoksisilin masuk dalam 10 besar obat resep generik. Produksi bahan baku amoksisilin membuka peluang untuk pengembangan produksi antibiotik lain.

Resistensi atau ketahanan bakteri terhadap amoksisilin mungkin saja terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Tetapi, bukan berarti industrinya akan terhenti. ”Produksi amoksisilin menjadi model untuk pengembangan jenis-jenis antibiotik lain menyesuaikan kebutuhan,” kata Bambang.

Kandungan lokal

Sumber pembiakan penisilin, menurut Bambang, banyak terdapat di sekitar kita. Unsurnya meliputi karbon, nitrogen, dan mineral. Untuk pembuatan antibiotik amoksisilin diperkirakan kandungan lokalnya sampai 80 persen.

Untuk memperoleh karbon, digunakan gula atau tepung- tepungan yang dihidrolisis. Unsur nitrogen didapatkan dari kacang-kacangan. Mineral diperoleh dari bahan pangan yang biasa kita konsumsi.

Penisilin sebagai pembunuh bakteri pada awalnya ditemukan Alexander Fleming tahun 1928. Kapang penisilin umumnya tumbuh sebagai benang-benang jamur roti.

Penisilin yang diperoleh dalam metabolisme kapang itu berupa Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum. Pembiakan lebih lanjut dilakukan untuk memperoleh Penisilin G dan Penisilin V yang siap untuk proses pembentukan 6-Amino penicillanic acid (6-APA).

”Selanjutnya, 6-APA direaksikan secara kimiawi dengan dane salt (salah satu jenis garam) untuk memperoleh amoksisilin,” kata Bambang.

Rantai produksi dalam skala pilot plant (pabrik percontohan) itu tidak hanya dikerjakan BPPT. BPPT menangani proses fermentasi untuk memproduksi penisilin G. Penggunaan penisilin G untuk memproduksi senyawa perantara 6-APA dikerjakan Institut Teknologi Bandung (ITB), sekaligus pada proses kimiawi dengan dane salt sampai menghasilkan amoksisilin hidrat.

Berikutnya, terlibat Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) pada proses akhir menuju produksi amoksisilin.

”Dari sejumlah konsorsium lembaga riset itu, sebetulnya kita sudah siap membangun industri antibiotik amoksisilin dengan kandungan lokal yang optimal,” kata Bambang.

Generasi pertama

Amoksisilin merupakan antibiotik generasi pertama yang diresepkan sebagai obat generik. Beberapa antibiotik generasi pertama lain adalah ampicilin, dicloxacillin, cloxacillin, dan oxacillin.

Antibiotik generasi kedua melalui proses yang lebih rumit, tidak lagi melalui proses pembentukan 6-APA. Beberapa antibiotik generasi kedua yang ada di pasaran adalah cephradinie, cefadroxil, cephalexin, cefroxadine, dan cefprozil.

Harga antibiotik generasi lebih baru tentu saja mahal. Saat ini, antibiotik generasi ketiga sudah dihasilkan. Hal itu antara lain antibiotik cefoxitin dan cefmetazole, yang tergolong mahal di pasaran.

Hardaning mengatakan, kekayaan biodiversitas di Indonesia sangat menunjang penemuan jenis-jenis kapang lain untuk memproduksi antibiotik. Pada masanya nanti, suatu jenis antibiotik tidak dapat digunakan lagi ketika bakteri yang ingin dibunuh ternyata memiliki kekebalan terhadap antimikroba tersebut.

Karena itu, sudah saatnya kegiatan riset pembuatan antibiotik direalisasikan menjadi sebuah industri yang bisa berkelanjutan.

(Kompas, 29 Juni 2012/ humasristek)

Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...