Halaman

Peranan Design Centre Indonesia (DCI) dalam Riset KFX/IFX

Kementerian Pertahanan (Kemhan) menyatakan proyek pengembangan Korean Fighter Xperiment (KFX)/Indonesian Fighter Xperiment (IFX) hasil kerja sama Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) melalui Defense Acquisition Programe Administration (DAPA) tertunda. Ini berdampak pada penyerapan anggaran.

"Penundaan ini akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah, di mana pagu indikatif anggaran sebesar 1,1 triliun rupiah tidak mungkin terserap sepenuhnya," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan, Brigjen TNI Sisriadi, di Jakarta, Selasa (5/3).

Proyek produksi bersama pesawat KFX antara Indonesia dan Korsel yang disetujui pada tahun 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama, yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012. Dalam TD Phase selama 20 bulan, Indonesia dan Korsel membentuk Combine R&D Centre (CRDC). "Kami telah mengirim sebanyak 37 engineer, yang merupakan kerja sama kedua negara di CRDC untuk melaksanakan perancangan pesawat KF-X/IF-X bersama engineer Korsel," katanya.

Sisriadi menjelaskan ada tiga tahap dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X. Tahap pertama, technical development, kedua, engineering manufacture, ketiga, pembuatan prototipe. "Tahap yang ditunda adalah tahap kedua. Pada masa penundaan, Pemerintah Korsel akan melaksanakan studi kelayakan ekonomi terhadap program ini," kata Sisriadi.

Sehubungan dengan hal tersebut, kata mantan Kadispenad ini, Pemerintah Korsel tidak akan melakukan terminasi Program Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah Korsel sangat besar. Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi program ini ditegaskan dalam joint committee ke-4 pada tanggal 10-11 Desember 2012.

Alih Teknologi

Dalam menyikapi wacana itu, Indonesia telah mengintensifkan langkah-langkah pe nyiapan alih teknologi dengan kegiatan, antara lain operasionalisasi Design Centre Indonesia (DCI) untuk memetakan dan mengembangkan kompetensi SDM yang telah terbentuk selama fase awal yaitu Technology Development Phase (TDP).

Selain itu, akan dilakukan penguatan industri pertahanan dalam negeri yang akan terlibat dalam program ini dan kesiapan teknologi. Pemerintah Indonesia saat ini belum mengeluarkan dana untuk tahap kedua. "Dengan penundaan ini diharapkan kesiapan Indonesia dalam program KF-X/IF-X ini akan semakin baik," ujarnya.

Secara terpisah, anggota Komisi I DPR, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, mengatakan seharusnya dalam bekerja sama dengan negara mana pun diperlukan ketelitian mempelajari perjanjian kerja samanya. "Saya dapat masukan ada beberapa istilah dalam berbagai perjanjian jual-beli atau kerja sama pengembangan alutsista yang multitafsir," katanya. (KJ)

Peran Design Centre Indonesia (DCI) dalam Riset KFX/IFX

Design Centre ini dibangun sebagai tempat yang berfungsi sebagai back up dan mirroring system dalam pembangunan teknologi pesawat KF-X/IF-X. Program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X merupakan program kerjasama Goverment to Goverment (G to G) antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Korea.

Program ini dibawah koordinasi Kementerian Pertahanan dan melibatkan TNI AU, PT.Dirgantara Indonesia, Perguruan Tinggi, Kementerian Riset dan Teknologi dan BPPT. Pesawat KF-X/IF-X adalah pesawat tempur multi-role generasi 4.5 (F16++) yang dirancang untuk dioperasikan setelah tahiun 2020.

Design Center ini dibangun selain sebagai backup kegiatan para Enginer Indonesia yang tergabung dalam Tim Enginering di CRDC Korea, juga digunakan pula untuk memberikan pengalaman kepada pada insinyur – insinyur muda Indonesia untuk dapat terlibat kemudian memahami dan juga sebagai penerus di kemudian hari.

Design Center ini dibangun dengan inventasi yang tidak sedikit, oleh karena itu diharapkan ini menjadi tempat bagi Tim KF-X/IF-X dalam mengintegrasikan kemampuan dan engineringnya baik yang ada di CRDC Korea maupun di PT. Dirgantara Indonesia, guna mendapatkan hasil yang maksimal terhadap design pesawat tempur KF-X/IF-X yang akan dibuat.

Kemampuan Insinyur – Insinyur Indonesia tidak kalah dengan insinyur – insinyur dari Korea. Insinyur Indonesia yang terlibat dalam pekerjaan technology development di CRDC Korea bahkan dalam beberapa sub keahlian mereka memimpin.

Sekjen kembali menegaskan bahwa program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X ini merupakan program nasional dan menjadi program kebanggaan bangsa Indonesia. Kesuksesan program ini akan menjadi kesuksesan bersama, memang sebagai ujung tombang adalah PT. Dirgantara Indonesia, namun peran dari semua pihak juga sangat diperlukan baik itu dari Kementerian Ristek, BPPT, ITB atau Universitas lain yang mendukung.

kemampuan dalam pembuatan pesawat tempur mempunyai nilai yang sangat strategis, karena tidak banyak negara yang mampu membuat pesawat tempur dan pesawat tempur ini masih akan terus digunakan oleh negara – negara didalam membangun kekuatan pertahanannya.

Mungkin pada awal-awal sekarang ini dirasa masih terasa berat untuk mengikuti kegiatan di dalam pengembangan pesawat KF-X/IF-X, namun kalau melihat kedepan mungkin ini akan menjadi solusi Indonesia dalam memperkuat pertahanan. Karena kalau pertahanan kita kuat salah satunya dibackup dengan kemampuan pesawat tempur maka diplomasi dan perekonomian Indonesia bisa berjalan akan baik.

“Ini pemikiran saya mengapa sangat strategis kita harus berhasil didalam meningkatkan kemampuan kita membuat pesawat tempur kedepan, dibuatnya Design Center untuk membackup agar secepatnya kita mendapatkan alih teknologi dari negara yang sudah lebih maju dari kita. Sehingga kedepan kita bisa mandiri didalam mendukung kebutuhan pertahanan khususnya pesawat tempur”, tutur Sekjen Kemhan padasaat peresmian DCI di Bandung.

(DMC)

Read more...

Bahasa Indonesia Lebih Unggul sebagai Bahasa Pengantar di Sekolah

Jakarta—Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah dinilai lebih unggul dibandingkan dengan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang konsisten. Struktur penulisannya sangat jelas dan logis.

Pendapat ini dikemukakan oleh psikolog sekaligus pemerhati pendidikan dari Belanda, Annie Makkink pada kunjungannya ke Kantor Kemdikbud, Jakarta, Senin (25/02/2013).

Annie mengatakan, banyak kata yang dibentuk dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dasar, yang diberi awalan dan/atau akhiran. Jika seseorang telah mengenal beberapa kata dasar maka sudah dapat berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. “Penulisan dalam bahasa Indonesia mempunyai struktur yang sangat jelas. Setiap huruf mempunyai bunyi tersendiri. Apa yang ditulis itulah yang diucapkan,” kata lulusan jurusan psikologi dari Universitas Groningen Belanda ini.

Annie mencontohkan, penulisan huruf b u k u akan diucapkan seperti yang tertulis b/u k/u. Hal ini berbeda dengan bahasa Inggris. Bahasanya tidak konsisten karena tidak ada hubungan murni antara huruf dan suara atau bunyi. “Karena itu, tidak mudah untuk mengucapkan apa yang tertulis,” katanya.

Dia mencontohkan, sejumlah kata yang berakhiran “ough” seperti bough, cough, rough, though, dan through, jiika diucapkan akan terdengar seperti cow, off, puff, no, dan too.

“Anak saya baru berumur enam tahun saat datang ke Indonesia. Saya menyuruh belajar bahasa Indonesia. Saya memberitahu yang berbeda dengan bahasa Belanda. Dia langsung bisa membaca dan mendapat nilai delapan untuk bahasa Indonesia di rapor. Walaupun belum bicara bahasa Indonesia, tetapi bisa membaca, karena strukturnya sederhana,” katanya mengisahkan.

Annie mengenal Indonesia sejak 1980 saat mengikuti suaminya yang bekerja sebagai konsultan teknik untuk sekolah menengah kejuruan. Dia mulai meneliti penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah sejak diminta membantu mengajar matematika di sekolah Indonesia.

Dia kemudian pulang kembali ke Belanda pada 1983, namun tetap berhubungan dengan Indonesia. Sejak tahun 1998 dia menjadi penggiat program Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI), suatu program untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di sekolah dasar (SD).

Annie melanjutkan, keunggulan bahasa Indonesia juga dapat dilihat saat digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata pelajaran matematika. Misalnya, untuk menjelaskan perkalian dalam matematika anak cukup mengetahui kata dasar “kali”. “Kata ini juga mudah terdengar jika diberikan imbuhan menjadi ‘beberapa kali’ atau ‘berkali-kali’,” terang Annie.

Sementara, di sisi lain, bahasa Inggris lebih sulit digunakan. Untuk menjelaskan ungkapan “tiga kali empat” yaitu dengan menyebutkan “three times four”. Guru juga harus menjelaskan bahwa itu perkalian atau multiplication. “Kata-kata dan bunyinya berbeda,” katanya.

“Waktu saya melihat guru mengajar matematika dengan bahasa Inggris sangat menyedihkan. Guru juga tidak lancar bahasa Inggris, dia sibuk dengan menjelaskan kata-kata yang ditulis,” ujarnya .

Hasilnya, kata Annie, bahasa Inggrisnya jelek dan matematika juga jelek. Guru mengajar menggunakan bahasa Inggris, yang dia sendiri tidak begitu paham. “Menterjemahkan kalimat bagi anak makan waktu,” katanya.

Annie mengaku beruntung dapat mengerti bahasa Indonesia. Banyak negara, kata dia, akan merasa iri dengan bahasa Indonesia karena bahasanya jelas. Dan tepat digunakan terutama untuk mengajarkan matematika dan IPA.

“Hanya beberapa kata sudah jelas. Tidak perlu banyak cerita. This is very good (implement) in math. Siswa kelas satu di Indonesia setingkat dengan kelas dua di Inggris. Jangan membuang bahasa yang begitu bagus,” katanya.

Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemdikbud Ramon Mohandas menyampaikan, penggunaan bahasa Indonesia untuk kata-kata istilah teknis di matematika konsisten tidak seperti bahasa Inggris. Dia (Anie) melihat bahwa pengajaran bahasa Inggris pada matematika lebih mudah menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan menggunakan bahasa Inggris." Semua sekolah harus menggunakan pengantar bahasa Indonesia," katanya.

Ketentuan ini, kata dia, berlaku juga bagi sekolah RSBI, yang telah dihapus penyelenggaraannya oleh Mahkamah Konstitusi. “Kalau sekolah internasional silakan saja menggunakan bahasa Inggris,” katanya. (ASW)

Sumber kemdiknas


Read more...

PTDI produksi simulator pesawat CN-235 dan super puma

Bandung, (ANTARA News) - Banyak orang tidak tahu, PT Dirgantara Indonesia (Persero) selain memproduksi pesawat terbang, juga memproduksi beberapa alat peraga untuk menerbangkan pesawat terbang, atau biasa disebut dengan Flight Simulator (FS).

Ide datangnya usaha pembuatan flight simulator datang dari permintaan pihak Malaysia untuk pesawat CN-235 yang dimilikinya. Mereka mendorong PTDI membuat FS agar para pilot negara itu dapat melatih diri sehingga mereka dapat mengawaki dengan baik pesawat-pesawat CN235 TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) produksi PTDI yang dimiliki.

Permintaan Malaysia ini disambut baik PTDI. Itu guna menangkap peluang bisnis serta mengingat bahwa sistem avionik yang terpasang pada FS CN235 tidaklah jauh berbeda dengan sistem yang ada pada pesawat sesungguhnya. Pengembangan bisnisnya juga tidak jauh beda dengan bisnis utama PTDI dalam merancang dan memproduksi pesawat CN235.

Oleh karena itu, sejak tahun 2000, PTDI melakukan ekspansi usaha dengan merancang bangun dan memproduksi FS CN235. Dan pada tahun 2004, PTDI telah memenuhi pesanan Sapura Technology Malaysia dengan mengirimkan FS CN235, dan pada saat ini Sapura Technology telah memiliki dua unit FS CN235 buatan PTDI.

Dalam membuat sebuah flight simulator pesawat dibutuhkan data base pesawat yang akan dibuatnya, agar FS yang dibuat dapat mencerminkan kondisi pesawat yang sebenarnya. Namun untuk mendapatkan data base tersebut tidaklah mudah dan kalaupun ada, harganyapun sangat mahal.

Selain FS CN235, PTDI juga telah memproduksi beberapa macam simulator, di antaranya FS untuk helikopter Superpuma untuk kebutuhan TNI-AU, flight simulator untuk kapal laut, Nav Trans, Olah Yudha dan untuk kebutuhan Suralaya pembangkit listrik serta simulator untuk menangkap ikan.

Untuk dunia penerbangan, biasa disebut dengan FS, yang dipergunakan untuk melatih para awak pilotnya dengan biaya yang jauh lebih murah dan efisien bila dibandingkan dengan melakukan praktek uji terbang menggunakan pesawat seseungguhnya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, flight simulator adalah sebuah alat bantu untuk melatih para pilot dalam menerbangkan sebuah pesawat terbang. Alat ini, mensimulasikan kondisi pesawat terbang yang sebenarnya.

Kemajuan teknologi memiliki andil besar dalam pelatihan menggunakan simulator terbang, Kecanggihan simulator terbang saat ini sudah dapat mensimulasikan reaksi terhadap faktor-faktor lingkungan eksternal, seperti kerapatan udara, turbulensi, awan, curah hujan, bahkan mampu membawa karakteristik pesawat tersebut secara lebih nyata lewat simulasi.

Keuntungan Gunakan Flight Simulator

Pada saat ini, baru ada beberapa perusahan di belahan dunia yang mampu membuat flight simulator. Umumnya adalah perusahaan yang telah mengembangkan teknologi tinggi, seperti Amerika dan Perancis. Di negara-negara kawasan Asean, barangkali hanya Indonesia dengan PTDI-nya saja yang mampu membuat FS.

Beberapa keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan penerbangan jika perusahaannya menggunakan FS ialah menghemat biaya pelatihan sangat mahal pilot yang akan mengawaki sebuah pesawat terbang tertentu. Dengan menggunakan flight simulator yang dimilikinya, biaya bisa ditekan semurah mungkin.

Para pilot dapat memelihara atau menjaga kemampuan terbangnya, juga perusahaan akan dapat memanfaatkan secara maksimal pesawat-pesawatnya dari pada selama puluhan jam digunakan hanya untuk latihan terbang sesungguhnya. Dengan demikian, biaya operasional lainnya akan dapat ditekan.

Bagi pilot yang tidak terbang dengan menggunakan pesawat sebenarnya, namun menggunakan flight simulator, mereka tetap akan mendapatkan lisensi jam terbang. Dengan demikian kemampuan terbang pilot yang bersangkutan tetap tercatat dengan baik.

*)Penulis adalah staf senior Divisi Komunikasi PTDI

Editor: Adi Lazuardi.

Sumber Antara

Read more...

Korea Selatan Contoh Untuk Kemajuan Iptek Dalam Negeri

JAKARTA-(IDB) : Indonesia berkiblat ke Korea Selatan dalam mengembangkan inovasi sains dan teknologi. Negeri Ginseng telah membuktikan mampu lepas dari ketergantungan teknologi negara maju dan bisa membangun dengan teknologi sendiri. Bahkan Korea kini berstatus sebagai negara maju yang terus mengejar prestasi tetangganya, Jepang.

"Korea punya pengalaman mengembangkan iptek yang bagus. Kita bisa mencontoh mereka," kata Dudi Hidayat, peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI, Senin, 28 Januari 2013.

Korea menjadi salah satu peserta seminar Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology 2013 yang dibuka di Auditorium LIPI hari ini. Seminar untuk membahas kerangka strategis pengembangan sains dan teknologi antar-negara-negara anggota APEC ini digelar Pappiptek LIPI bersama Kementerian Pendidikan, Sains, dan Teknologi Korea Selatan serta Science and Technology Policy Institute.

Acara yang akan berlangsung hingga 1 Februari ini juga diikuti Amerika Serikat, Cina, Rusia, India, Prancis, Meksiko, Kanada, Australia, Papua Nugini, Cile, Taiwan, Laos, Iran, Nepal, Bangladesh, Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Jepang. Sejumlah organisasi riset internasional dan pakar juga diundang.

Kepala Divisi Riset Sistem Manajemen Sains dan Teknologi LIPI, Trina Fizzanty, mengatakan, pertemuan ini penting untuk bertukar pikiran tentang teknologi antara negara maju dan negara berkembang. "Indonesia bisa mempelajari teknologi yang dapat diadaptasi dari negara lain," ujarnya.

Pengembangan teknologi di Indonesia berfokus pada tujuh bidang, yakni pangan, energi dan air, kesehatan, pertahanan, transportasi, informatika, dan material maju. Seluruhnya membutuhkan inovasi sains dan teknologi yang sesuai supaya dapat dikembangkan, terutama pada skala industri.

Dudi mengatakan, sektor industri di Indonesia kurang menyerap teknologi hasil lembaga riset dan universitas. Ini wajar karena negara berkembang biasanya lebih banyak mengambil teknologi dari luar negeri. Namun, tidak semua negara berkembang mampu mengadopsi teknologi dari negara maju.

Karena itu, pengalaman Korea Selatan penting sebagai pelajaran. Sekitar tahun 1960, Korea masih bergantung pada teknologi dari Amerika Serikat dan Eropa. Namun, sejak 1980, bangsa Korea mengembangkan teknologi sendiri. "Pengguna teknologi impor akhirnya bisa menghasilkan teknologi sendiri," kata Dudi.

Direktur Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology, Jeong Hyop Lee, mengatakan, butuh waktu puluhan tahun dan upaya keras bagi Korea untuk bangkit dan mandiri teknologi. Korea mengawalinya dengan mengerahkan tenaga kerja murah untuk memproduksi barang ekspor, terutama ke pasar Amerika. Mereka pun terus melakukan alih teknologi dari negara-negara maju. Hingga akhirnya berfokus mengembangkan teknologi untuk industri berat (otomotif, kapal, elektronik), dan kimia.

"Kini Hyundai menjadi industri otomotif peringkat lima dunia," ujar Lee, menyebutkan keberhasilan Korea mengembangkan industri otomotif, salah satu industri berat yang teknologinya digarap serius sejak 1980-an.

Kepala Pappiptek LIPI, Husein Avicenna Akil, mengatakan, langkah Korea Selatan patut ditiru, meski tidak gampang. Indonesia tidak dapat selamanya menggantungkan teknologi asing. "Kondisi kita berbeda dengan negara berkembang lain dan negara maju."

Inilah Cara Korea Mandiri Teknologi

Korea Selatan dikenal sebagai salah satu negara maju di Asia. Bersama Jepang, Negeri Ginseng dikenal sebagai negara dengan industri otomotif yang mampu memproduksi mobil-mobil kelas dunia. Jepang lewat Honda dan Toyota, Korea lewat Hyundai. Prestasi Korea mendongkrak industri otomotif tentu tidak seperti membalikkan telapak tangan. Mereka mengawali kemandirian justru dengan ketergantungan teknologi dari negara-negara maju.

"Dekade 1960 kami hanya punya tenaga kerja murah dan pasar domestik yang rendah," kata Jeong Hyop Lee, peneliti di Science and Technology Policy Institute, Senin, 28 Januari 2013. Lee menjadi salah satu pembicara dalam seminar Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Research and Technology 2013 yang dibuka di Auditorium Lembaga Ilmu Pengetahua Indonesia hari ini.

Ia mengatakan, tenaga kerja murah Korea saat itu dikerahkan memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi pasar ekspor, terutama ke Amerika Serikat. Bersamaan dengan itu teknologi dari negara maju mulai diadopsi untuk menggerakkan industri.

Aliran teknologi dari negara-negara maju, salah satunya Amerika Serikat, semakin gencar lantaran saat itu terjadi perang dingin antara Korea Selatan dengan negara tetangganya, Korea Utara. Alih teknologi menjadi semacam bentuk dukungan dari Amerika dan negara-neara sekutunya supaya paham komunis tidak menyebar ke selatan.

Namun, Lee mengatakan, pertumbuhan ekonomi Korea sangat sulit berkembang jika hanya mengandalkan ketergantungan teknologi dari negara lain. Hingga bangsa Korea menghadapi titik balik pada akhir dekade 1970. Saat itu terjadi krisis minyak dunia yang berdampak pada pemblokiran aliran teknologi dari negara maju ke negara berkembang.

Mulailah bangsa Korea berusaha menggerakkan perekonomian dengan tenaga sendiri. Pemerintah saat itu memacu pertumbuhan ekonomi lewat industri berat dan kimia, antara lain otomotif, kapal, dan elektronik. "Ini membutuhkan inovasi sains dan teknologi," ujar dia.

Untuk mengembangkan sains dan teknologi, pemerintah Korea mendirikan lembaga riset pemerintah, yakni Science and Technology Policy Institute (lembaga riset Korea, seperti LIPI di Indonesia), dan konsorsium riset nasional. Konsorsium berperan sebagai lembaga "penyangga" yang membagi risiko investasi antara pihak pemerintah dan sektor swasta.

Strategi ini terbukti cocok. Lee mengatakan, pada 1980 lebih dari 90 persen investasi riset berasal dari pemerintah. Sepuluh tahun kemudian, lebih dari 80 persen investasi berasal dari sektor swasta. "Kebijakan inovasi memerlukan keterlibatan pihak swasta, karena mereka yang akan meneruskan inovasi itu," kata dia.

Hasilnya tidak main-main. Industri elektronik Korea, lewat merk Samsung dan LG, menjadi pesaing produk-produk elektronik buatan Cina, Eropa, Kanada, bahkan Amerika. "Hyundai menjadi industri otomotif peringkat lima dunia," ujar Lee menyebutkan keberhasilan Korea mengembangkan industri otomotif.

Dudi Hidayat, peneliti Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek) LIPI, mengatakan, Korea mengembangkan teknologi yang berbeda dengan yang diresepkan negara-negara maju. "Mereka mengambil proses pembelajaran teknologi yang dikembangkan sendiri," katanya.

Kemandirian teknologi yang dicapai Korea disebabkan strategi kebijakan teknologi yang diintegralkan dengan kebijakan industri. Pengembangan inovasi sains dan teknologi menjadi bagian dari pengembangan industri. Ini yang tidak dijumpai di Indonesia.

Kepala Divisi Riset Sistem Manajemen Sains dan Teknologi LIPI, Trina Fizzanty, mengatakan, kualitas sumber daya manusia menjadi unsur yang penting untuk mencapai kemandirian teknologi. Korea membangun universitas yang khusus untuk menghasilkan ilmuwan. "Malaysia mengasah para ilmuwannya dengan jiwa kwirausahaan sehingga mau investasi untuk usaha," kata dia.

Ini belum termasuk keberpihakan pemerintah lewat anggaran penelitian. Dudi mengatakan, Indonesia hanya mengalokasikan dana riset sebesar 0,08 persen dari produk domestik bruto nasional. Bandingkan dengan Korea yang mematok tiga persen dari produk domestik bruto mereka untuk dana penelitian.

Menurut Lee, sebagai negara besar, Indonesia perlu berfokus pada teknologi infrastruktur dan transportasi. Pengembangan teknologi di kedua bidang itu yang sangat diperlukan untuk menyatukan Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau. "Butuh kepemimpinan yang kuat untuk mengkordinasikan semua itu," ujarnya.

Sumber : Tempo

Read more...

Surya ciptakan kompor serbaguna berbahan bakar air

Mataram (ANTARA News) - Lalu Mandra Rama Dwi Surya (41) Kota asal Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat berhasil menciptakan kompor serbaguna berbahan bakar air dengan titik didih mencapai 800 derajat celcius.

"Saya menciptakan kompor tersebut untuk membantu petani yang selama ini mengalami kesulitan bahan bakar minyak untuk oven tembakau virginia. Kalaupun ada mereka harus membeli dengan harga tinggi sejak dicabutnya subsidi bahan bakar minyak tanah," katanya di Mataram, Senin.

Ketika mendaftarkan hak paten kompor gas serbaguna berbahan bakar air di Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Provinsi NTB, dia mengatakan, kompor tersebut tidak hanya bisa digunakan untuk oven tembakau, tetapi juga keperluan lain, seperti pengering gabah dan oven kopra.

Ia mengatakan, penemuan kompor berbahan bakar air itu membutuhkan waktu cukup lama, mencapai satu tahun. Uji coba dilakukan selama setahun sehingga bisa menghasilokan kalori cukup tinggi dengan titik didih mencapai 800 derajat celcius.

"Dari beberapa kali uji coba kompor tersebut bisa mendidihkan aluminium, karena titik didihnya cukup tinggi dan kalorinya bisa diatur sesuai dengan kebutuhan, sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan," ujarnya.

Menurut Surya, dengan 1 liter minyak dan 1,5 liter air kompor ciptaannya itu bisa menghasilkan kalori 800 derajat celcius, sehingga kompor tersebut cukup menguntungkan kalau digunakan untuk oven tembakau virginia.

Surya mengatakan, kalau menggunakan kompor biasa dibutukan dua setengah drum bahan bakar minyak tanah atau solar untuk mengoven tembakau dalam waktu empat hari. Sementara dengan kompor yang diciptakan hanya membutuhkan paling banyak satu drum bahan bakar.

"Dengan menggunakan kompor hasil ciptaan saya petani bisa mengurangi biaya bahan bakar hingga 50 persen. Karena bahan bakar yang digunakan lebih banyak air," katanya.

Dia mengatakan, kompor ciptaannya itu sudah diuji coba di hadapan petani tembakau virginia di Kabupaten Lombok Timur. Para petani menyatakan berminat untuk membeli dan menggunakan kompor tersebut, karena dinilai lebih menguntungkan.

Surya mengatakan, setelah melakukan uji coba, sekitar 100 orang petani memesan kompor tersebut. Namun bisa dilayani karena harus didaftarkan terlebih dahulu untuk mendapatkan hak paten.

Mengenai harga kompor serbaguna itu, Surya mengaku belum bisa memastikan harga, karena masih menghitung harga komponen bagan baku, namun diperkirakan tidak lebih dari Rp1,5 juta per unit.

"Para petani berani membeli dengan harga tersebut, karena harga kompor yang selama ini mereka gunakan untuk oven tembakau mencapai Rp5 juta per unit, lebih murah dari kompor ciptaan saya yang relatif irit bahan bakar," ujarnya.

Editor: Desy Saputra

ANTARA

Read more...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...