Buatan IPTN untuk Korea
PT Dirgantara Indonesia mengirim CN-235 dengan avionik canggih untuk AU Korea Selatan. Dengan Radar Warning Receiver dan Chaff Flare Dispenser Systems, diantaranya, pesawat ini mampu mempersiapkan diri dan mengelak dari serangan rudal.
Dua unit CN-235 versi transpor militer pesanan AU Korea Selatan (ROKAF, Republic of Korean Air Force) yang digelindingkan keluar dari hanggar PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Rabu,18 Desember 2001 itu, sepintas memang tak berbeda dengan pesawat serupa yang dilepas ke Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, dan Malaysia. Ibarat tentara, pesawat-pesawat ini masih 'mengenakan baju' loreng kamuflase. Namun, lewat pernyataan sejumlah pejabat PT Dirgantara Indonesia, isu tentang adanya asesoris canggih yang dipesan AU Korea ini toh akhirnya terkuak juga.
Selain menyandang Chaff Flare Dispenser Systems piranti pelepas serpihan metal pengelabu panas pesawat untuk mengecoh serangan rudal penjejak termal , CN-235 pesanan ROKAF ini dipastikan juga dilengkapi Radar Warning Receiver sebagai alat peringatan dini dari jejakan sinyal radar lawan, dan TCAS sebagai alat bantu navigasi. Direktur Teknologi PT DI, Agung Nugroho, sebenarnya mengaku keberatan jika 'defense equipments' ini dipublikasikan, namun sejumlah pejabat PT DI lainnya cenderung membeberkannya karena seakan tak kuat memendam kebanggaan dan keberhasilan para teknisi maupun insinyur dari pabrik pesawat yang citranya sedang melorot. Mereka ternyata mampu mencangkokkan peralatan militer yang biasanya hanya pas untuk pesawat tempur itu.
Seperti diutarakan Commander Aerospace Project Group ROKAF, Mayjen Lee Jin Hak usai acara Penyerahan Perdana 2 Unit CN-235-220M kepada ROKAF, 18 Desember 2001 lalu di Bandung, dengan segala kecanggihannya itu, pihaknya kini sepakat untuk mengakui kemampuan Indonesia dalam hal teknologi kedirgantaraan. Ia selanjutnya berharap kedua negara bisa menyusun jalinan kerjasama di bidang aerospace yang lebih erat di masa mendatang.
"Setiap angkatan udara pasti menghendaki kriteria khusus untuk pesawat-pesawat militernya. Dalam kaitan dengan CN-235 yang baru saja kami terima, harus diakui Indonesian Aerospace (nama internasional untuk PT DI) telah berhasil memenuhi permintaan ROKAF sesuai standar misi yang kami inginkan," ujarnya kepada wartawan.
Selain dihadiri Mayjen Lee Jin Hak selaku wakil pembeli, juga hadir Dubes Korea untuk Indonesia Kim Dae Suk, KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan selaku Komisaris Utama PT DI, Dirut PT DI Jusman SD, serta jajaran perwira dan staf dari kedua pihak. Serah terima tak ayal menjadi meriah karena diselingi pula dengan pentas tarian khas dari kedua negara dengan pakaian yang warna-warni.
Nyaris kena pinalti
Apapun itu, diterapkannya tiga piranti penting tersebut sesungguhnya adalah bagian dari permintaan ROKAF yang terlanjur disanggupi PT DI tatkala AU Korea Selatan ini tengah mengalami kekecewaan menyusul bungkamnya150 items hubungan aplikasi elektronik pada 12 CN-235 yang baru dibeli dari CASA-Spanyol. Hubungan aplikasi elektronik ini khususnya berkaitan dengan asesoris dan sistem kendali pengoperasian pesawat yang begitu diidam-idamkan ROKAF.
Kedatangan PT DI dalam tender tahap kedua yang dengan berani menjamin bahwa masalah teknis tersebut tak akan muncul dalam CN-235 buatannya, nampaknya adalah janji yang begitu diperhatikan Pemerintah Korea Selatan. Mereka selanjutnya sepakat membeli delapan unit pesawat lewat sistem counter-trade dengan paket peralatan dan kendaraan hankam yang kemudian ditandatangani pada Oktober 1997. Dari delapan unit tersebut, enam unit diantaranya berasal dari versi transpor militer, sementara dua lainnya dari versi VVIP.
"IPTN (kini PT DI) sendiri semula diminta memecahkan seluruh complain itu, namun kami hanya menyanggupi 114 items di antaranya yang akan diterapkan pada CN-235 buatan IPTN, dan mereka setuju," begitu ujar sumber Angkasa. Seperti diakui KSAU Hanafie Asnan, kedelapan unit CN-235 senilai 143 juta dollar AS tersebut diantaranya juga akan 'ditukar' dengan tujuh unit pesawat latih turboprop KT-1 buatan Korean Aerospace.
Dari segi struktur dan sistem kendali penerbangan, CN-235-220 sebenarnya sudah memiliki berbagai keunggulan dibanding CN-235-100. Sebagai versi advanced, CN-235-220, misalnya, lebih enak untuk diterbangkan, sementara dari segi ergonomis panel, avioniknya lebih aplikatif untuk dipasangi berbagai piranti tambahan. Selain itu, untuk keperluan angkut militer, kemampuannya untuk lepas-landas serta mendarat pada landasan yang pendek (STOL) dan daya angkutnya yang 1.000 kilogram lebih tinggi praktis akan menjadi bahan pertimbangan yang amat krusial. Itu sebabnya, wajar jika banyak penerbang AU Korea Selatan kemudian lebih menyenangi terbang dengan versi yang lebih canggih ini.
Perihal permintaan dipasangnya RWR, CFDS, dan TCAS sendiri, Dirut Jusman SD tak bisa menjelaskan secara rinci kecuali bahwa semua itu adalah bagian dari syarat dan pertimbangan kemiliteran yang diminta ROKAF. "Kita tahu Korea Selatan amat unggul dalam teknologi avionik. Kondisi ini mestinya amat mempengaruhi sehingga peralatan elektronik itu sampai dipesan," ujar Jusman SD.
Celakanya, dari aspek yang lain, PT DI sendiri nyaris terkena pinalti denda puluhan ribu dollar. Itu karena penyelesaian pesawat yang telah mundur dari jadwal. Dari semestinya dikirim Juni 2001 mundur jadi Desember 2001. Namun, pihak Korea akhirnya mau mengerti dan membatalkan pinalti itu karena masalah ini tak lain adalah akibat langkah embargo yang ditempuh pihak ketiga, yakni dari negara-negara pemasok peralatan militer berkaitan dengan kasus Hak Azasi Manusia di Timtim. Untuk itu kedua pihak sepakat mengatur ulang pengiriman kedelapan pesawat. Dua unit pertama persisnya jatuh pada 18 Desember 2001 lalu, dua unit lagi menyusul Februari 2002, lalu kembali 2 unit pada April 2002, dan sisa 2 unit terakhir rencananya akan diserahkan pada September/Oktober 2002.
Seperti diungkap Costumer Relation PT DI, Pidana Bangun, yang ikut dalam penerbangan kedua pesawat dari Bandung ke Korea Selatan, kedelapan pesawat buatan PT DI ini akan menjadi skadron CN-235 kedua yang selanjutnya akan ditempatkan di Pangkalan Udara Militer Kim Hai, Pusan. Baginya, posisi PT DI yang sudah di atas angin sesungguhnya telah menjadi peluang yang baik untuk meraih tender pengadaan CN-235 tahap ketiga yang telah diumumkan ROKAF beberapa waktu lalu. Itu sebabnya, pihaknya akan berusaha sekuat tenaga memberikan layanan purna jual dengan semaksimal mungkin.
"Sudah positif bahwa mereka tengah mempersiapkan sejumlah dana untuk membentuk skadron CN-235 ketiga, dan mudah-mudahan saja kita yang memenangkan tendernya," ujarnya. Menurut catatan Angkasa, sejauh ini PT DI telah berhasil menjual total 28 CN-235 versi militer ke mancanegara. Dalam hal ini ke Brunei - 1 unit, Uni Emirat Arab - 7 unit, Malaysia * 6 unit, Pakistan * (telah sepakat membeli) 4 unit, dan Korea * 8 unit.
(AngkasaOnline)
1 komentar:
Bismillah mantap kembabgkan industri lagi industri n.250 dan 219 dengan mengusung rudal brahmos,tzircon kita coba kembangkan bisa diplatformkan ken.250 dan 219 mungkin juga kita bisa kembangkan juga di n.235 mpa.
Posting Komentar