Sudah bukan rahasia lagi apabila sebagian besar mesin yang dipergunakan di pabrik-pabrik di dalam negeri saat ini merupakan produk mesin impor buatan negara lain. Mesin-mesin tersebut diimpor karena di dalam negeri sendiri belum banyak industri yang mampu menghasilkan mesin-mesin proses maupun mesin perkakas yang handal dan berkualitas. Untuk importasi berbagai mesin produksi itu, setiap tahunnnya Indonesia terpaksa harus mengeluarkan devisa yang sangat besar.
Menurut catatan Asosiasi Industri Mesin Perkakas Indonesia (ASIMPI), pada tahun 2007 saja Indonesia mengimpor berbagai jenis mesin dengan nilai tidak kurang dari Rp 24 triliun. Walaupun ekspor produk permesinan Indonesia sudah ada namun nilainya masih belum sebanding dengan nilai impornya. Pada tahun 2007 nilai ekspor produk permesinan Indonesia baru mencapai sekitar Rp 6 triliun.
Situasi seperti itu justru dinilai Dasep Ahmadi, CEO dan owner PT Sarimas Ahmadi Pratama (perusahaan yang bergerak di industri permesinan) yang juga menjadi Ketua ASIMPI, sebagai peluang pasar yang sangat besar bagi industri permesinan di dalam negeri. Bagi Dasep tingginya ketergantungan pasar domestik terhadap produk permesinan dari luar negeri merupakan prospek yang baik dan sangat menjanjikan bagi pengembangan industri permesinan di tanah air.
Pasar permesinan di dalam negeri yang sangat besar dan selama ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para produsen permesinan dari luar negeri sebetulnya merupakan pasar yang captive bagi pengembangan industri permesinan nasional. Dengan hanya mengandalkan substitusi impor saja volume pasar domestik sudah cukup untuk menopang pengembangan industri permesinan nasional.
Keyakinan itulah yang membawa Dasep untuk terus berupaya mengembangkan industri permesinan di tanah air melalui PT Sarimas Ahmadi Pratamanya. Kini perusahaan tersebut sudah mampu memproduksi berbagai mesin proses atau mesin produksi, mesin khusus (special machine) maupun mesin perkakas atau mesin induk (mesin untuk memproduksi mesin).
Sudah sekitar tujuh tahun lamanya PT Sarimas Ahmadi Pratama yang dipimpin Dasep telah memproduksi berbagai jenis mesin tersebut dan sejak tahun 2008 perusahaan juga mulai mengembangkan mesin CNC (Computer Numerical Control), mesin yang dikontrol melalui sistem komputer.
Seluruh jenis mesin hasil rancang bangun (design & engineering) putera puteri Indonesia di PT Sarimas Ahmadi Pratama itu dipasarkan dengan menggunakan merek sendiri, merek Indonesia, yaitu `Ahmadi Mesin'. Kecintaan dan kebanggaan Dasep terhadap tanah airnya Indonesia dan ambisinya untuk membangun industri permesinan yang kuat dan handal di dalam negeri telah memberanikannya untuk memperkenalkan berbagai mesin hasil rancang bangunnya dengan merek sendiri `Ahmadi Mesin'. Walaupun merek mesin nasional selama ini belum dikenal, namun semangat nasionalismenya yang tinggi ditunjang dengan kemampuan teknologi yang handal telah memberinya keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat untuk memperkenalkan merek sendiri.
Dengan menggunakan standar Japan Industrial kualitas produk permesinan PT Sarimas Ahmadi Pratama tidak kalah dibandingkan dengan produk sejenis dari negara lain. Bahkan, PT Sarimas Ahmadi Pratama kini telah menjadi perusahaan industri mesin terpadu yang bergerak bidang desain dan perekayasaan (product design, CAD-3D, Autocad 2D/3D, electric design dan programming), manufaktur (machining, fabrication, installation), instalasi dan jasa.
Beberapa industri di dalam negeri yang kini telah menggunakan mesin produksi PT Sarimas Ahmadi diantaranya PT Astra Daihatsu Motor (produsen mobil Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia), PT Faber Castell Indonesia, PT Procter and Gamble,PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Yamaha Motor Manufacturing Indonesia, PT Yamaha Part Manufacturing Indonesia, PT Honda Prospect Motor, PT Kyowa Indonesia, PT Akasi Wahana Pertama Indonesia, PT Astra Otoparts dan lain-lain.
Sementara itu, perusahaan di luar negeri yang juga sudah menggunakan mesin buatan PT Sarimas Ahmadi Pratama diantaranya perusahaan otomotif Malaysia, yaitu Perodua Engine Manufacturing Sdn Bhd.
Dasep mencontohkan, kebutuhan mesin CNC untuk keperluan pendidikan di sekolah-sekolah kejuruan saja di tanah air setiap tahunnya mencapai sekitar 800 unit. Volume permintaan sebesar itu sudah cukup besar dan captive apabila bisa dimanfaatkan seluruhnya oleh industri
permesinan di dalam negeri. Dalam hal ini proyek-proyek pengadaan pemerintah untuk pembelian mesin CNC yang akan dipergunakan di sekolah-sekolah kejuruan seharusnya betul-betul dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.
Menurut Dasep, penggunaan mesin-mesin produksi dalam negeri memiliki beberapa keuntungan yang tidak bisa diperoleh dari mesin-mesin impor. Pertama, harga mesin produksi dalam negeri umumnya lebih bersaing dengan kualitasnya yang tidak kalah dibandingkan dengan mesin impor. Kedua, jaminan layanan purna jual mesin-mesin buatan dalam negeri lebih terjamin dibandingkan dengan mesin-mesin impor. Bagi produk permesinan, factor layanan purna jual sangatlah penting karena mesin merupakan barang modal yang akan dipakai secara terus menerus dalam jangka waktu lama. Karena itu, layanan purna jual yang cepat, murah dan handal menjadi faktor kunci dalam pertimbangan pembelian mesin.
Dasep mengharapkan pemerintah bersama semua pemangku kepentingan industri di dalam negeri menerapkan sistem pengawasan melekat agar kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sudah baik itu betul-betul dijalankan dengan benar dan konsisten serta betul-betul melibatkan para pelaku industri di dalam negeri dalam pemenuhannya."
Kebijakan pengadaan barang/jasa pemerintah yang kini kembali dipertegas dengan terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2009 tentang Penggunaan Produk Dalam Negeri dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah berikut peraturan perundang-undangan pelaksana lainnya harus dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Sebab, penerapan kebijakan tersebut secara konsisten dan konsekuen akan mendukung pertumbuhan industri nasional, menyerap tenaga kerja dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri," tutur lulusan Teknik Mesin ITB tahun 1990 ini.
Pria kelahiran Sukabumi, Jawa Barat ini sewaktu masih menjadi mahasiswa pada tahun 1987 sempat meraih juara nasional dalam pembuatan robot.
Usai menamatkan studinya di ITB tahun 1990 langsung bekerja di perusahaan BUMN, PT Pindad di Bandung (1990-1992), kemudian bekerja di PT Astra International (1992-1994) dan sempat belajar dalam bidang permesinan di Jerman atas beasiswa dari Astra (1993-1994). Pada tahun 1994 bergabung dengan PT Astra Daihatsu Motor dengan bidang yang masih sama, yaitu menangani mesin. Pada tahun 1998, Dasep mengundurkan diri dari PT Astra Daihatsu Motor untuk mendirikan perusahaan sendiri CV Sarimas yang kini berubah menjadi PT Sarimas Ahmadi Pratama.
(PPI2009 Deperin.go.id)
3 komentar:
Kalo sudah menjadi hobby dan bisa membuat sendiri, bisa jadi bisnis jual mesin gan :D
Harusnya negara 🇮🇩 mensupport 100%, BUMN membantu apapun, baik permodalan atau memasarkan dan menggunakan. Sesuai dgn program RI menggunakan produk dalam negeri.
Posting Komentar