Tujuh belas tahun silam, republik ini pernah menikmati kejayaan sebagai salah satu produsen pesawat terbang dengan lahirnya N-250. Waktu itu tahun 1995, pesawat canggih nan perkasa berhasil mengangkasa dengan segala kesempurnaannya.
Sontak dunia terperangah ketika itu. Indonesia pun mengangkat dagu setinggi langit, semua tersenyum bangga, dimana Indonesia sudah dianggap sejajar dengan negara-negara maju lainnya sebagai penghasil pesawat terbang yang merupakan pesawat regional komuter turboprop rancangan asli Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) di Bandung.
Hanya saja, disaat bersamaan, Indonesia harus mengalami keterpurukan akibat dipaksa International Monetary Fund (IMF) untuk menghentikan produksi pesawatnya, PT Dirgantara Indonesia (DI).
Seketika mimpi itu pun terkubur. Keinginan menjadi negara maju dibidang teknologi pesawat terbang lenyap seketika. Angan-angan seakan sirna, bagai dihembus angin, semunya berakhir.
Namun dunia belum berakhir, bangsa Indonesia patut bersyukur, orang-orang jenius seperti Bacharuddin Jusuf Habibie (Presiden RI ke-3) itu masih ada dan siap bangkit meraih kembali mimpi itu.
Bahkan, dalam sebuah kesempatan BJ Habibie berseloroh bahwa industri dirgantara di Indonesia saat ini cukup memprihatinkan. Perlu adanya langkah untuk mengembalikannya mengingat pasar udara di Indonesia kian meningkat.
Bersama anak sulungnya, mantan menristek era Presiden Soeharto itu, bertekad membangun kembali kerajaan bisnis pesawat terbangnya, yang sempat mati suri belasan tahun.
Langkah itu sudah terlihat, di tangan anak muda seperti Ilham Akbar Habibie yang merupakan generasi kedua, keluarga Habibie diharapkan bisa merajut asa menuju kemajuan dirgantara Indonesia.
Melalui PT Ilthabi Rekatama (perusahaan milik Ilham Habibie) bekerjasama dengan perusahaan dirgantara, PT Regio Aviasi Industri (PT RAI), akan mengembangkan kembali rancangan pesawat N-250 yang pernah jaya pada tahun 1995.
“Sekarang adalah saatnya untuk kita memulai kembali mengembangkan industri pesawat terbang nasional yang pernah ada dimiliki bangsa ini,” kata Ilham Habibie saat berbincang santai dengan Okezone, di kantornya, di Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Terlebih, Indonesia adalah pasar yang potensial, dengan letak geografis, sangat cocok untuk mempergunakan moda transportasi udara, yakni pesawat terbang. Melalui pesawat terbang Regio Prop, yang merupakan pengembangan lebih mutakhir dari N-250.
Guna mewujudkan semua itu, Ilham mengajak rekan yang dahulu aktif di IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara) yang kini bernama PTDI (Dirgantara Indonesia), untuk merumuskan kembali pesawat terbang dengan fitur baling-baling, serta teknologi yang jauh lebih maju ketimbang teknologi pesawat terbang di hampir dua dekade lalu.
Regio Prop dianggap sebagai turunan dari N-250. Pesawat ini, seperti yang digambarkan Ilham, nantinya akan juga memiliki baling-baling, serta banyak teknologi baru yang disematkan di dalamnya.
“Kalau sama tidak, ada mini-grade, baling-baling, konfigurasi kurang lebih sama. Memang agak lebih besar, banyak teknologi baru terutama di bidang elektronik. Elektronik itu punya dampak yang luar biasa terhadap teknologi apa saja, mulai dari kokpit, tetapi juga sistem pengendalian pesawat terbang, ini juga melalui komputer,” imbuhnya.
okezone.com
0 komentar:
Posting Komentar